Rabu, 27 Juli 2011

ASAL USUL MASYARAKAT DONGGO


Orang Donggo dikenal sebagai penduduk asli yang telah menghuni tanah Bima sejak lama. Mereka sebagian besar menempati wilayah pegunungan. Karena letaknya yang secara geografis di atas ketinggian rata-rata tanah Bima, Dou Donggo (sebutan bagi Orang Donggo dalam bahasa Bima), kehidupan mereka sangat jauh berbeda dengan kehidupan yang dijalani masyarakat Bima saat ini. Masyarakat Donggo mendiami sebagian besar wilayah Kecamatan Donggo sekarang, yang dikenal dengan nama Dou Donggo Di, sebagian lagi mendiami Kecamatan Wawo Tengah (Wawo pegunungan) seperti Teta, Tarlawi, Kuta, Sambori dan Kalodu Dou Donggo Ele. Pada awalnya, sebenarnya penduduk asli ini tidak semuanya mendiami wilayah pegunungan. Salah satu alasan mengapa mereka umumnya mendiami wilayah pegunungan adalah karena terdesak oleh pendatang-pendatang baru yang menyebarkan budaya dan agama yang baru pula, seperti agama Islam, Kristen dan bahkan Hindu/Budha. Hal ini dilakukan mengingat masih kuatnya kepercayaan dan pengabdian mereka pada adat dan budaya asli yang mereka anut jauh-jauh hari sebelum para pendatang tersebut datang. Kepercayaan asli nenek moyang mereka adalah kepercayaan terhadap Marafu (animisme). Kepercayaan terhadap Marafu inilah yang telah mempengaruhi segala pola kehidupan masyarakat, sehingga sangat sukar untuk ditinggalkan meskipun pada akhirnya seiring dengan makin gencarnya para penyiar agama Islam dan masuknya para misionaris Kristen menyebabkan mereka menerima agama-agama yang mereka anggap baru tersebut. Sebagaimana umumnya mata pencaharian masyarakat yang masih tergolong tradisional, mata pencaharian Dou Donggo pun terpaku pada berladang dan bertani. Sebelum mengenal cara bercocok tanam, mereka biasanya melakukan perladangan berpindah-pindah, dan karena itu tempat tinggal mereka pun selalu berpindah-pindah pula (nomaden). Berhadapan dengan kian gencarnya arus modernisasi, seiring itu pula pemahaman masyarakat akan kenyataan hidup berubah, terutama dalam hal pendidikan dan teknologi. Saat ini, telah sekian banyak para sarjana asli Donggo, yang umumnya menimba ilmu di luar daerah seperti Ujung Pandang, Mataram atau bahkan ke kota-kota di pulau Jawa seperti Bandung, Yogyakarta, Jakarta dan lain-lain. Demikian juga halnya dengan teknologi, yang akhirnya merubah pola hidup mereka seperti halnya dalam penggarapan sawah, kendaraan sampai alat-alat elektronik rumah tangga, karena hampir semua daerahnya telah dialiri listrik. Bahkan tak jarang mereka menjadi para penyiar agama seperti Da’i, karena telah begitu banyaknya mereka naik haji.  Cerita cikal bakal munculnya masyarakat donggo ini berawal dari cerita tentang kerajaan kalepe. Letak kerajaan Kalepe adalah diwilayah pegunungan Parado yang dibuktikan dengan adanya artifak dan puing-puing reruntuhan Istana kerajaan. Dari beberapa pembuktian yang ada, bahwa kerajaan Kalepe ini ada pada jaman Batu atau Jaman Naka yang merupakan jaman manusia belum mengenal huruf dan tulisan. Kerajaan kalepe inilah yang merupakan kerajaan Dana Mbojo sesungguhnya, sekaligus turun temurun Asli Dou Mbojo. Dari rangkuman cerita yang ada, Kerajaan Kalepe ditaklukan oleh Ncuhi Dara beserta sekutunya.  penaklukan ini, rakyat kalepe melarikan diri kearah Timur dan Barat sebab penyerangan dilakukan melalui arah utara. Yang ke barat hingga ke Tambora kemudian mendirikan kerajaan Peka (putih) di Tambora, sedangkan kearah Timur tidak diketahui. Hal ini dapat dibuktikan dengan prasasti peninggalan-peninggalan yang antara lain, wadu pa'a, Karombo (karumbu), Temba Romba, dll. Sebagian masyarakat Kalepe yang tidak mampu lagi melarikan diri kemudian berhenti di Sambori, karena merasa tidak dikejar lagi maka mereka mendiami Sambori hingga sekarang yang kemudian disebut Donggo Ele. Sedangkan para tawanan perang dalam rangka penaklukan kerajaan Kalepe dibuang ke Donggo yang kemudian berkeluarga dan berketurunan sehingga menjadi Donggo Di misalnya saja donggo o'o, donggo kala, sangari, mbawa, tolonggeru, ngerekopa dll . Ada kemungkinan bahwa Ncuhi yang merupakan kepala suku (bukan dewa yang disebutkan) yang memimpin komunitas masyarakat atau dusun. Yang kemudian melakukan penggalangan kekuatan dalam melakukan pemberontakan kepada kerajaan. Penaklukan kerajaan Kalepe oleh Ncuhi Dara yang merupakan kepala dari lima Ncuhi yang disebut Ncuhi Na'e (Banggapupa, Dorowoni, Parewa, Bolo, Dara). Sedangkan munculnya Ncuhi yang lain seperti Ncuhi Donggo, Ncuhi Kolo serta Ncuhi Parado yang hadir kemudian (http://johnli-mbawadonggobima.blogspot.com).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar