Kamis, 07 Juni 2012

MOTTO SKRIPSI


MOTTO
If you want something you’ve never had, you must be willing to do something you’ve never done.
Success is a journey, not a destination

PERSEMBAHAN

“Skripsi ini kupersembahkan kepada”
Ø  Ayahanda tercinta H. A. Wahab dan Ibunda Tifa (Almh) yang senantiasa memberikan do’a dan restu disetiap langkahku, ibunda Hadne yang telah membesarkan dan merawatku;
Ø  Yang tersayang dan kubanggakan kakakku Muhtar, Haryanto, Kartini, Mastina, Iskandar, Ilham serta kakak iparku Sumarni, Mustamin, Hatta, Rahmah, Rahayu karena kalian semua aku bisa meraih gelar sarjana;
Ø  Adik-adik ku tercinta yang memberikan semangat setiap langkahku;
Ø  Teruntuk yang tersayang kakek dan nenekku H. Rasyid (almh) dan Saimah yang selalu memberikan kasih sayang yang lebih dan menasehati ku disaat suka maupun duka;
Ø  Orang telah mengisih hatiku dan mencintaiku Sri Rahayu, terima kasih atas semuanya;
Ø  Ponaanku yang lucu, cantik dan ganteng (Izmi Juliansyah, Aulia, Yana, Fawuzi, Jek Zakariah, Farel Lutfi Andrawan, Rima, Rilda, Iswaddin, Robi, Kris Cantik, M. Rizki);
Ø  Keluarga besar  yang selalu kurindukan (Usman, Mansyur, Isa, Ramlah A. Karim, Badriah, Hadijah, Mariam, Ramlah, Mahani, Umi) dengan penuh kasih sayang membimbingku;
Ø  Saudaraku (Rohana, Haerunisa, Hidayat, S. Pd, Ahmadyani, S. Pdi, Fitriani, Hasan, S. Pd, Mahdon, Mustakim, S. Sos, Adhar, Umar  dan semuanya)  yang selalu memberikan dukungan dan motivasi;
Ø  Dosen favoritku Ariansyah, S. Pd., Herman, M. Pd., Abbasyakhrin, M.Pd,. Dr. Amran Amir, M.Pd,.  Mirhayati,M. Pd;
Ø  Teman seperjuanganku Abidin, Azman, Zainul Fadlun, Hendra, Ediman, Abdul Latif, Ramdani, Nurjanah, Nurhayati dan Gamali;
Ø  Temanku Bimantara, Jaharudin, Sahrul Amar, Aolia Mussafir, Hayatun Nufus, Verawari, Sumiati, Nurfidiatun, Asmiati, Sri Utari Handayani dan semua kelas biologi E angkatan 2007; Teman-teman PPL dan KKN yang tidak pernah ku lupakan;
Ø  Almamater kuningku (STKIP) Bima.

Rabu, 27 Juli 2011

ASAL USUL MASYARAKAT DONGGO


Orang Donggo dikenal sebagai penduduk asli yang telah menghuni tanah Bima sejak lama. Mereka sebagian besar menempati wilayah pegunungan. Karena letaknya yang secara geografis di atas ketinggian rata-rata tanah Bima, Dou Donggo (sebutan bagi Orang Donggo dalam bahasa Bima), kehidupan mereka sangat jauh berbeda dengan kehidupan yang dijalani masyarakat Bima saat ini. Masyarakat Donggo mendiami sebagian besar wilayah Kecamatan Donggo sekarang, yang dikenal dengan nama Dou Donggo Di, sebagian lagi mendiami Kecamatan Wawo Tengah (Wawo pegunungan) seperti Teta, Tarlawi, Kuta, Sambori dan Kalodu Dou Donggo Ele. Pada awalnya, sebenarnya penduduk asli ini tidak semuanya mendiami wilayah pegunungan. Salah satu alasan mengapa mereka umumnya mendiami wilayah pegunungan adalah karena terdesak oleh pendatang-pendatang baru yang menyebarkan budaya dan agama yang baru pula, seperti agama Islam, Kristen dan bahkan Hindu/Budha. Hal ini dilakukan mengingat masih kuatnya kepercayaan dan pengabdian mereka pada adat dan budaya asli yang mereka anut jauh-jauh hari sebelum para pendatang tersebut datang. Kepercayaan asli nenek moyang mereka adalah kepercayaan terhadap Marafu (animisme). Kepercayaan terhadap Marafu inilah yang telah mempengaruhi segala pola kehidupan masyarakat, sehingga sangat sukar untuk ditinggalkan meskipun pada akhirnya seiring dengan makin gencarnya para penyiar agama Islam dan masuknya para misionaris Kristen menyebabkan mereka menerima agama-agama yang mereka anggap baru tersebut. Sebagaimana umumnya mata pencaharian masyarakat yang masih tergolong tradisional, mata pencaharian Dou Donggo pun terpaku pada berladang dan bertani. Sebelum mengenal cara bercocok tanam, mereka biasanya melakukan perladangan berpindah-pindah, dan karena itu tempat tinggal mereka pun selalu berpindah-pindah pula (nomaden). Berhadapan dengan kian gencarnya arus modernisasi, seiring itu pula pemahaman masyarakat akan kenyataan hidup berubah, terutama dalam hal pendidikan dan teknologi. Saat ini, telah sekian banyak para sarjana asli Donggo, yang umumnya menimba ilmu di luar daerah seperti Ujung Pandang, Mataram atau bahkan ke kota-kota di pulau Jawa seperti Bandung, Yogyakarta, Jakarta dan lain-lain. Demikian juga halnya dengan teknologi, yang akhirnya merubah pola hidup mereka seperti halnya dalam penggarapan sawah, kendaraan sampai alat-alat elektronik rumah tangga, karena hampir semua daerahnya telah dialiri listrik. Bahkan tak jarang mereka menjadi para penyiar agama seperti Da’i, karena telah begitu banyaknya mereka naik haji.  Cerita cikal bakal munculnya masyarakat donggo ini berawal dari cerita tentang kerajaan kalepe. Letak kerajaan Kalepe adalah diwilayah pegunungan Parado yang dibuktikan dengan adanya artifak dan puing-puing reruntuhan Istana kerajaan. Dari beberapa pembuktian yang ada, bahwa kerajaan Kalepe ini ada pada jaman Batu atau Jaman Naka yang merupakan jaman manusia belum mengenal huruf dan tulisan. Kerajaan kalepe inilah yang merupakan kerajaan Dana Mbojo sesungguhnya, sekaligus turun temurun Asli Dou Mbojo. Dari rangkuman cerita yang ada, Kerajaan Kalepe ditaklukan oleh Ncuhi Dara beserta sekutunya.  penaklukan ini, rakyat kalepe melarikan diri kearah Timur dan Barat sebab penyerangan dilakukan melalui arah utara. Yang ke barat hingga ke Tambora kemudian mendirikan kerajaan Peka (putih) di Tambora, sedangkan kearah Timur tidak diketahui. Hal ini dapat dibuktikan dengan prasasti peninggalan-peninggalan yang antara lain, wadu pa'a, Karombo (karumbu), Temba Romba, dll. Sebagian masyarakat Kalepe yang tidak mampu lagi melarikan diri kemudian berhenti di Sambori, karena merasa tidak dikejar lagi maka mereka mendiami Sambori hingga sekarang yang kemudian disebut Donggo Ele. Sedangkan para tawanan perang dalam rangka penaklukan kerajaan Kalepe dibuang ke Donggo yang kemudian berkeluarga dan berketurunan sehingga menjadi Donggo Di misalnya saja donggo o'o, donggo kala, sangari, mbawa, tolonggeru, ngerekopa dll . Ada kemungkinan bahwa Ncuhi yang merupakan kepala suku (bukan dewa yang disebutkan) yang memimpin komunitas masyarakat atau dusun. Yang kemudian melakukan penggalangan kekuatan dalam melakukan pemberontakan kepada kerajaan. Penaklukan kerajaan Kalepe oleh Ncuhi Dara yang merupakan kepala dari lima Ncuhi yang disebut Ncuhi Na'e (Banggapupa, Dorowoni, Parewa, Bolo, Dara). Sedangkan munculnya Ncuhi yang lain seperti Ncuhi Donggo, Ncuhi Kolo serta Ncuhi Parado yang hadir kemudian (http://johnli-mbawadonggobima.blogspot.com).

kopi enke

KOPI HITAM (KAHAWA ENGKE) ALA RORA
1.      SEJARAH SINGKAT KOPI
Sejarah kopi dimulai dari dataran tinggi di Ethiopia ketika seorang gembala kambing menemukan bahwa kambing-kambingnya menjadi sangat aktif sampai-sampai mereka tidak bisa tidur saat malam tiba setelah memakan buah (sejenis berry) dari suatu pohon. Kemudian gembala kambing itu menceritakan hal tersebut pada seorang biarawan, yang memang sering membuat minuman dari berry sejenis supaya tetap terjaga ketika berdoa malam hari. Perlahan, desas desus tentang minman berenergi dari berry ini menjadi terkenal dan menyebar ke seluruh dunia.
             Sementara itu, kopi juga populer di negeri Arab karena para Muslim menganggap kopi sebagai pengganti minuman beralkohol  (mereka dilarang untuk minum minuman beralkohol, seperti tertulis  di kitab suci mereka—Al-Qur’an). Oleh karena itulah ribuan orang yang pergi haji ke Mekkah menyebut minuman ini dengan sebutan “anggur Arab”.
Dari dua jenis utama kopi yang ada, kopi arabika lebih unggul dibandingkan dengan kopi robusta karena rasanya yang lebih kuat dan mengandung lebih banyak kafein. Meski demikian, kopi robusta lebih baik bentuknya walaupun sedikit lebih pahit rasanya jika dibandingkan dengan jenis arabika. Biji kopi robusta berkulitas tinggi biasanya digunakan sebagai campuran espresso untuk menciptakan rasa yang lebih pekat, foam yang lebih baik (atau biasa disebut ‘crema’), dan juga untuk menekan biaya produksi. (http://sayhitohenny.blogdetik.com/tag/kopi-hitam/)
Di Nusa Tenggara Barat  tanaman kopi menduduki tempat yang cukup dominan, sehingga terus di kembangkan secara bersama- sama komoditi lainnya seperti, Kelapa, Kapas dan Fanili Ekspor kopi di Nusa Tenggara Barat pada tahun 1989 mencapai 51,36 ton sedangkan pada tahun 1990 mencapai 50.000 ton ( statistik NTB 1993 ).
    Secara geografis pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi sangat di pengarauhi oleh keadaan iklim dan tanah.  Faktor yang lain yang dapat di abaikan dalam memilih bibit unggul yang produksinya tinggi dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Setelah persyaratan tersebut dapat terpenuhi. Suatu hal yang penting adalah pemeliharaan, seperti pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit (Suhardin,1995).
Desa Bumi pajo merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Bima Kecematan Donggo yang kondisi alamnya sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman kopi, wilayah Desa Bumipajo yang luadsnya 1.732 H2    yang letaknya berbatasan dengan wilayah Kabupaten Dompu dibagian barat, Desa Mbawa dibagian Timur, Desa Sampungu dibagian utara dan dibagian selatan berbatasan dengan Desa Rora.

2.      JENIS KOPI
Secara komersial kopi dapat di kenali dua jenis kopi penting yaitu: kopi Arabica dan Kopi Robusta .kira–kira 80% produksi kopi Dunia terdiri kopi Arabica dan kopi Robusta . tapi sebaliknya di Indonesia 97%  terdiri dari kopi Robusta dan 30% terdiri dari kopi Arabica (Yahmadi, 1972).

3.      MANFAAT/KEGUNAAN KOPI
Penelitian yang dilakukan terhadap kopi ternyata masih berlangsung. Hal ini dianggap perlu, karena kopi ternyata masih menyimpan banyak manfaat yang belum terekspos. Bagi Anda yang menggemari kopi, inilah beberapa manfaat kopi yang mungkin belum Anda ketahui.
Mencegah penyakit saraf. Peminum kopi berkafein cenderung tidak akan mengembangkan penyakit Alzheimer dan Parkinson. Kandungan antioksidan di dalam kopi akan mencegah kerusakan sel yang dihubungkan dengan Parkinson. Sedangkan kafein akan menghambat peradangan di dalam otak, yang kerap dikaitkan dengan Alzheimer.

Melindungi gigi. Kopi yang mengandung kaein memiliki kemampuan antibakteri dan antilengket, sehingga dapat menjaga bakteri penyebab lubang menggerogoti lapisan gigi. Minum kopi secangkir setiap hari terbukti dapat mencegah risiko kanker mulut hingga separuhnya. Senyawa yang ditemukan di dalam kopi juga dapat membatasi pertumbuhan sel kanker dan kerusakan DNA.
Menurunkan risiko kanker payudara. Menjelang masa menopause, wanita yang mengonsumsi 4 cangkir kopi sehari mengalami penurunan risiko kanker payudara sebesar 38 persen, demikian menurut sebuah studi yang dipublikasikan di The Journal of Nutrition. Kopi melepaskan phytoestrogen dan flavonoid yang dapat menahan pertumbuhan tumor. Namun konsumsi kurang dari 4 cangkir tidak akan mendapatkan manfaat ini.
Mencegah batu empedu. Batu empedu tumbuh ketika lendir di dalam kantong empedu memerangkap kristal-kristal kolesterol. Xanthine, yang ditemukan di dalam kafein, akan mengurangi lendir dan risiko penyimpanannya. Dua cangkir kopi atau lebih setiap hari akan membantu proses ini.
Melindungi kulit. Konsumsi 2-5 cangkir kopi setiap hari dapat membantu menurunkan risiko kanker kulit nonmelanoma hingga 17 persen. Kafein dapat memacu kulit untuk membunuh sel-sel prakanker, dan juga menghentikan pertumbuhan tumor.

Mencegah diabetes. Orang yang mengonsumsi 3-4 cangkir kopi reguler atau kopi decaf (dengan kadar kafein yang dikurangi) akan menurunkan risiko mengembangkan diabetes tipe II hingga 30 persen. Asam klorogenik dapat membantu mencegah resistensi insulin, yang merupakan pertanda adanya penyakit ini.
(http://female.kompas.com/read/2009/07/27/11533750/Manfaat.Kopi.untuk.Mencegah.Berbagai.Penyakit)
4.      CARA PENGOLAHAN KOPI SECARA TRADISIONAL

Prosesnya sangat sederhana biji kopi yang telah dikering dibawah terik matahari selama beberapa hari di goreng tanpa minyak didalam kuali  di atas tungku api hasil pembakaran kayu. Proses pemasakan biji kopi ini tidak terlalu lama tergantung banyaknya biji kopi yang di masak, selama proses pemasakan biji kopi selalu selalu diaduk agar tidak gosong. Biji kopi yang sudah siap untuk dinikmati tentunya harus di tumbuk/digiling terlebih dahulu untuk menjadikannya bubuk kopi.

5.      MEMBUAT MINUMAN KOPI HITAM (KAHAWA ENGKE) ALA RORA
Ditunggu yah,,,,,



By: Darwis rora